Renault Company
WORDBND.COM - WordTomotive. Seruan boikot produk Prancis yang menggelegar di berbagai negara termasuk Indonesia mendapat tanggapan dari Maxindo Renault Indonesia (MRI). MRI adalah perwakilan Renault, salah satu dari sedikit merek otomotif Prancis yang berbisnis di dalam negeri.

Boikot dikumandangkan berbagai pihak usai pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai telah menyinggung umat Islam di seluruh dunia. Turki, negara-negara Arab, dan sebagian pihak di Indonesia menyerukan boikot produk Prancis.


Read Too: Pemilu AS jadi Kunci Krisis Iklim Dunia, Benarkah?


COO Maxindo Renault Indonesia (MRI) Davy J Tuilan menjelaskan tak ingin berkomentar lebih jauh mengenai situasi yang terjadi antara Prancis dan negara-negara Islam.

Ia hanya menyebutkan, sesuai arahan prinsipal, pihaknya akan menghindari segala sesuatu yang bersifat politik dan menentang keberagaman.

"Karena itu adalah fenomena yang terjadi global dan brand direction Renault itu kami sangat menghindari segala sesuatu yang bersifat politik dan tidak menghormati keragaman," kata Davy saat dihubungi, Rabu (4/11).

Ia juga menekankan MRI sebagai perwakilan Renault di Tanah Air merupakan pemain otomotif yang 100 persen modalnya berasal dari dalam negeri, termasuk untuk pembangunan dealer.

Kata Davy seluruh pekerja yang terlibat di MRI semua asli Indonesia, tak ada perwakilan asing dalam bisnis Renault dalam negeri.

"Udah gitu 100 persen semua orang Indonesia. Kami menegaskan bahwa kami itu menjunjung tinggi nilai Pancasila. Jadi ya saya tidak akan komentar lah dengan yang terjadi saat ini," ucap dia.

Pada Oktober lalu Macron sempat mengatakan "Ada kelompok radikal Islam, sebuah organisasi yang mempunyai metode untuk menentang hukum Republik dan menciptakan masyarakat secara paralel untuk membangun nilai-nilai yang lain," ujar Macron.

Lalu pada Macron kembali mengatakan hal yang tidak kalah menyinggung. Dia bilang Islam merupakan agama yang mengalami krisis di seluruh dunia.

Pernyataan tersebut Macron dikeluarkan setelah insiden pemenggalan guru sejarah, Samuel Paty, oleh Abdoullakh Abouyezidovitch (18). Insiden dipicu pembahasan kartun Nabi Muhammad S.A.W di kelas Paty.

Macron menganggap Paty merupakan martir yang mengusung kebebasan berpendapat dan pelaku adalah seorang radikal Muslim. Ia pun menindaklanjuti insiden ini dengan perintah pengawasan terhadap ormas Islam Prancis dan menutup sejumlah masjid yang mencurigakan.

"Sekularisme adalah pengikat persatuan Prancis. Jangan biarkan kita masuk ke dalam perangkap yang disiapkan oleh kelompok ekstremis, yang bertujuan melakukan stigmatisasi terhadap seluruh Muslim," ujar Macron.

أحدث أقدم